Oleh: Urip Santoso
Sampah
merupakan konsekuwensi dari adanya aktivitas manusia. Sejalan dengan
peningkatan penduduk dan gaya hidup sangat berpengaruh pada volume
sampah. Misalnya saja, kota Jakarta pada tahun 1985 menghasilkan sampah
sejumlah 18.500 m3 per hari dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 25.700
m3 per hari. Jika dihitung dalam setahun, maka volume sampah tahun 2000
mencapai 170 kali besar Candi Borobudur (Bapedalda, 2000). Selain
Jakarta, jumlah sampah yang cukup besar terjadi di Medan dan Bandung.
Pada
umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia (di TPA)
merupakan sampah organik sebesar 60-70% yang mudah terurai. Sampah
organic akan terdekomposisi dan dengan adanya limpasan air hujan
terbentuk lindi (air sampah) yang akan mencemari sumber daya air baik
air tanah maupun permukaan sehingga mungkin saja sumur-sumur penduduk di
sekitarnya ikut tercemar. Lindi yang terbentuk dapat
mengandung bibit penyakit pathogen seperti tipus, hepatitis dan
lain-lain. Selain itu ada kemungkinan lindi mengandung logam berat, suatu salah
satu bahan beracun. Jika sampah-sampah tersebut tidak diolah, maka
selain menghasilkan tingkat pencemaran yang tinggi juga memerlukan areal
TPA yang luas.
Untuk
mengatasi hal tersebut, sangat membantu jika pengolahan sampah
dilakukan terdesentralisasi. Pada prinsipnya pengelolaan sampah haruslah
dilakukan sedekat mungkin dengan sumbernya. Selama ini pengelolaan
persampahan terutama di perkotaan tidak berjalan dengan efisien dan
efektif karena pengelolaan sampah terpusat. Pengolahan sampah
terdesentralisasi dapat dilakukan di setiap RT atau RW, dengan cara
mengubah sampah menjadi kompos. Dengan cara ini volume sampah yang diangkut ke TPA dapat dikurangi.
Akibat Sampah yang Bertumpuk
Sampah
perkotaan adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organic
dan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar
tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan, yang
timbul di kota.
- Lingkungan menjadi terlihat kumuh, kotor dan jorok yang menjadi tempat berkembangnya organisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia, merupakan sarang lalat, tikus dan hewan liar lainnya. Dengan demikian sampah berpotensi sebagai sumber penyebaran penyakit.
- Sampah yang membusuk menimbulkan bau yang tidak sedap dan berbahaya bagi kesehatan. Air yang dikeluarkan (lindi) juga dapat menimbulkan pencemaran sumur, sungai maupun air tanah.
- Sampah yang tercecer tidak pada tempatnya dapat menyumbat saluran drainase sehingga dapat menimbulkan bahaya banjir.
- Pengumpulan sampah dalam jumlah besar memerlukan tempat yang luas, tertutup dan jauh dari pemukiman.
Berdasarkan
uraian tersebut pengelolaan sampah tidak cukup hanya dilakukan dengan
manajemen 3P (Pengumpulan, Pengangkutan dan Penimbunan di TPA). Sampah
dikumpulkan dari sumbernya kemudian diangkut ke TPS dan terakhir
ditimbun di TPA, tetapi reduksi sampah dengan mengolah sampah untuk
dimanfaatlkan menjadi produk yang berguna perlu dipikirkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi system pengelolan sampah perkotaan, antara lain:
1) Kepadatan dan penyebaran penduduk.
2) Karakteristik fisik lingkungan dan sosial ekonomi.
3) Karakteristik sampah.
4) Budaya sikap dan perilaku masyarakat.
5) Jarak dari sumber sampah ke tempat pembuangan akhir sampah (TPA).
6) Rencana tata ruang dan pengembangan kota.
7) Sarana pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan TPA.
8) Biaya yang tersedia.
9) Peraturan daerah setempat.
Paradigma Penanganan Sampah
Penumpukkan
sampah di TPA adalah akibat hampir semua pemerintah daerah di Indonesia
masih menganut paradigma lama penanganan sampah kota, yang
menitikberatkan hanya pada pengangkutan dan pembuangan akhir. TPA dengan
system lahan urug saniter yang ramah lingkungan ternyata tidak ramah
dalam aspek pembiayaan, karena pembutuhkan biaya tinggi untuk investasi,
konstruksi, operasi dan pemeliharaan.
Untuk mengatasi permasalahan
tersebut, sudah saatnya pemerintah daerah mengubah pola pikir yang
lebih bernuansa lingkungan. Konsep pengelolaan sampah yang terpadu sudah
saatnya diterapkan, yaitu dengan meminimisasi sampah serta maksimasi
daur ulang dan pengomposan disertai TPA yang ramah lingkungan. Paradigma
baru penanganan sampah lebih merupakan satu siklus yang sejalan dengan
konsep ekologi. Energi baru yang dihasilkan dari hasil penguraian sampah
maupun proses daur ulang dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin.
Sistem
Pengelolaan Sampah Terpadu tersebut setidaknya mengkombinasikan
pendekatan pengurangan sumber sampah, daur ulang & guna ulang,
pengkomposan, insinerasi dan pembuangan akhir. pengurangan sumber sampah
untuk industri berarti perlunya teknologi proses yang nirlimbah serta packing
produk yang ringkas/ minim serta ramah lingkungan. Sedangkan bagi rumah
tangga berarti menanamkan kebiasaan untuk tidak boros dalam penggunaan
barang-barang keseharian. Untuk pendekatan daur ulang dan guna ulang
diterapkan khususnya pada sampah non organik seperti kertas, plastik,
alumunium, gelas, logam dan lain-lain. Sementara untuk sampah organik
diolah, salah satunya dengan pengkomposan.
Manfaat Sampah
Sampah
yang tampak tidak berguna sebesarnya masih banyak manfaatnya seperti
dapat dibuat biogas, briket, pakan ternak, kompos, pupuk, dan dapat didaur-ulang bagi sampah anorganik.
Dalam sampah dan kotoran sungai ditemukan bakteri yang dapat menghasilkan vitamin B12 yang samajenisnya dengan
vitamin B12 yang dihasilkan oleh hewan. Yang paling aktif dapat
memfermentasikan sampah dan kotoran sungai sehingga dihasilkan vitamin
B12 adalah bakteri-bakteri yang termasuk Streptomyces. Kadar vitamin B12
dalam sampah dan kotoran sungai berkisar 4,2 – 8,2 µg untuk setiap satu
gram berat kering. Diperkirakan dari 26.000 ton sampah
dan kotoran sungai akan dihasilkan 465 vitamin B12. Pemberian sampah dan
kotoran sungai sebesar 2% pada ternak, ternyata mampu meningkatkan
berat badan ternak. Sampah dan kotoran sungai mengandung senyawa organic
40-85%, mineral 15-70%, nitrogen 1-10%, fosfat 1-4,5% dan kalium
0,1-4,5%. Sampah rumah tangga, sampah restoran, kertas, kotoran ternak,
limbah pertanian dan industri yang bersifat sampah organic semuanya
dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Dengan
pengolahan sampah menjadi bahan-bahan yang berguna akan memberikan
keuntungan selain meningkatkan efisiensi produksi dan keuntungan ekonomi
bagi pengolah sampah, juga dapat mengurangi biaya pengangkutkan ke
pembungan akhir (TPA) dan mengurangi biaya pembuangan akhir, menghemat
sumber daya alam, menghemat energi, mengurangi uang belanja, menghemat
lahan TPA dan lingkungan asri (bersih, sehat, nyaman).
Penanganan Sampah 3-R, 4-R dan 5-R
Pemikiran
konsep zero waste adalah pendekatan serta penerapan sistem dan
teknologi pengolahan sampah perkotaan skala kawasan secara terpadu
dengan sasaran untuk melakukan penanganan sampah perkotaan skala kawasan
sehingga dapat mengurangi volume sampah sesedikit mungkin, serta
terciptanya industri kecil daur ulang yang dikelola oleh masyarakat atau
pemerintah daerah setempat.
Konsep
zero waste yaitu penerapan rinsip 3R (Reduce, Reuse, dan recycle),
serta prinsip pengolahan sedekat mungkin dengan sumber sampah dengan
maksud untuk mengurangi beban pengangkutan (transport cost). Orientasi
penanganan sampah dengan konsep zero waste diantaranya meliputi :
1. Sistem pengolahan sampah secara terpadu
2. Teknologi pengomposan
3. Daur ulang sampah plastik dan kertas
4. Teknologi pembakaran sampah dan insenator
5. Teknologi pengolahan sampah organik menjadi pakan ternak
6. Teknologi tempat pembuangan akhir (TPA) sampah
7. Peran serta masyarakat dalam penanganan sampah
8. Pengolahan sampah kota metropolitan
9. Peluang dan tantangan usaha daur ulang.
Pengertian Zero Waste adalah bahwa mulai dari produksi sampai berakhirnya suatu proses produksi dapat dihindari terjadi “produksi sampah” atau diminimalisir terjadinya “sampah”. Konsep Zero Waste ini salah satunya dengan menerapkan prinsip 3 R (Reduce, Reuse, Recycle).
Produksi
bersih merupakan salah satu pendekatan untuk merancang ulang industri
yang bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan produk-produk samping
yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan
produk-produk dan limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka siklus
ekologi. Prinsip ini juga dapat diterapkan pada berbagai aktivitas termasuk juga kegiatan skala rumah tangga.
Prinsip-prinsip
yang dapat diterapkan dalam penangan sampah misalnya dengan menerapkan
prinsip 3-R, 4-R atau 5-R. Penanganan sampah 3-R adalah konsep
penanganan sampah dengan cara reduce (mengurangi), reuse (menggunakan
kembali), recycle (mendaur-ulang sampah), sedangkan 4-R ditambah replace
(mengganti) mulai dari sumbernya. Prinsip 5-R selain 4 prinsip tersebut di atas ditambah lagi dengan replant
(menanam kembali). Penanganan sampah 4-R sangat penting untuk
dilaksanakan dalam rangka pengelolaan sampah padat perkotaan yang
efisien dan efektif, sehingga diharapkan dapat mengrangi biaya
pengelolaan sampah.
Prinsip
reduce dilakukan dengan cara sebisa mungkin lakukan minimisasi barang
atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan
material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
Prinsip
reuse dilakukan dengan cara sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang
bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai.
Hal ini dapat memeperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi
sampah.
Prinsip recycle dilakukan dengan cara sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa
didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan
industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
Prinsip replace dilakukan dengan cara teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah
barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih
tahan lama. Juga teliti agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih
ramah lingkungan. Misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang
bila berbelanja, dan jangan pergunakan Styrofoam karena kedua bahan ini
tidak bisa diurai secara alami.
Prinsip replant dapat dilakukan dengan cara membuat hijau lingkungan sekitar baik lingkungan rumah, perkantoran,
pertokoan, lahan kosong dan lain-lain. Penanaman kembali ini sebagian
menggunakan barang atau bahan yang diolah dari sampah.
Tabel 1. Upaya 5-R di Daerah Perumahan dan Fasilitas Sosial
Penanganan 5-R
|
Cara Pengerjaannya
|
Reduce
|
- Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar.
- Gunakan produk yang dapat diisi ulang.
- Kurangi penggunaan bahan sekali pakai
- Jual atau berikan sampah yang telah terpisah kepada pihak yang memerlukan.
|
Reuse
|
- Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya.
- Gunakan wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang.
- Gunakan baterai yang dapat diisi kembali.
- Kembangkan manfaat lain dari sampah.
|
Recycle
|
- Pilih produk dan kemasan yang dapat didaur-ulang dan mudah terurai.
- Lakukan
penangan untuk sampah organic menjadi kompos dengan berbagai cara yang
telah ada atau manfaatkan sesuai dengan kreatifitas masing-masing.
- Lakukan penanganan sampah anorganik menjadi barang yang bermanfaat.
|
Replace
|
- Ganti barang-barang yang kurang ramah lingkungan dengan yang ramah lingkungan.
- Ganti pembungkus plastik dengan pembungkus yang lebih bersahabat dengan lingkungan.
- Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama.
|
Replant
|
- Buat hijau dan teduh lingkungan anda, dan gunakan bahan/barang yang dibuat dari sampah.
|
Tabel 2. Upaya 5-R di Daerah Fasilitas Umum
Penanganan 5-R
|
Cara Pengerjaannya
|
Reduce
|
- Gunakan kedua sisi kertas untuk penulisan dan fotokopi.
- Gunakan alat tulis yang dapat diisi kembali.
- Sediakan jaringan informasi dengan computer.
- Maksimumkan penggunaan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali.
- Khusus untuk rumah sakit, gunakan incinerator untuk sampah medis.
- Gunakan produk yang dapat diisi ulang.
- Kurangi penggunaan bahan sekali pakai.
|
Reuse
|
- Gunakan alat kantor yang dapat digunakan berulang-ulang.
- Gunakan peralatan penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali.
|
Recycle
|
- Olah sampah kertas menjadi kertas kembali.
- Olah sampah organic menjadi kompos.
|
Replace
|
- Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama.
|
Replant
|
- Buat hijau dan teduh lingkungan anda, dan gunakan bahan/barang yang dibuat dari sampah.
|
Tabel 3. Upaya 5-R di Daerah Komersial (Pasar, Pertkoan, Restoran, Hotel)
Penanganan 5-R
|
Cara Pengerjaannya
|
Reduce
|
- Berikan insentif oleh produsen bagi pembeli yang mengembalikan kemasan yang dapat digunakan kembali.
- Berikan tambahan biaya bagi pembeli yang meminta kemasan/bungkusan untuk produk yang dibelinya.
- Memberikan kemasan/bungkusan hanya pada produk yang benar-benar memerlukan.
- Sediakan produk yang kemasannya tidak menghasilkan sampah dalam jumlah besar.
- Kenakan biaya tambahan untuk permintaan kantong plastic belanjaan.
- Jual atau berikan sampah yang telah terpilah kepada yang memerlukannya.
|
Reuse
|
- Gunakan kembali sampah yang masih dapat dimanfaatkan untuk produk lain, seperti pakan ternak.
- Berikan
insentif bagi konsumen yang membawa wadah sendiri, atau wadah belanjaan
yang diproduksi oleh swalayan yang bersangkutan sebagai bukti pelanggan
setia.
- Sediakan perlengkapan untuk pengisian kembali produk umum isi ulang.
|
Recycle
|
- Jual produk-produk hasil daur ulang sampah dengan lebih menarik.
- Berilah insentif kepada masyarakat yang membeli barang hasil daur ulang sampah.
- Oleh kembali buangan dari proses yang dilakukan sehingga bermanfaat bagi proses lainnya.
- Lakukan penanganan sampah organic menjadi kompos atau memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan.
- Lakukan penanganan sampah anorganik.
|
Replace
|
- Ganti barang-barang yang kurang ramah lingkungan dengan yang ramah lingkungan.
- Ganti pembungkus plastik dengan pembungkus yang lebih bersahabat dengan lingkungan.
|
Replant
|
- Buat hijau dan teduh lingkungan anda, dan gunakan bahan/barang yang dibuat dari sampah.
|
Pemilahan Sampah
Berdasarkan uraian tentang 3-R, 4-R atau 5-R tersebut, maka pemilahan sampah menjadi sangat penting artinya. Adalah
tidak efisien jika pemilahan dilakukan di TPA, karena ini akan
memerlukan sarana dan prasarana yang mahal. Oleh sebab itu, pemilahan
harus dilakukan di sumber sampah seperti perumahan, sekolah, kantor,
puskesmas, rumah sakit, pasar, terminal dan tempat-tempat dimana manusia
beraktivitas. Mengapa perlu pemilahan? Sesungguhnya kunci keberhasilan
program daur ulang adalah justru di pemilahan awal. Pemilahan berarti
upaya untuk memisahkan sekumpulan dari “sesuatu” yang sifatnya heterogen
menurut jenis atau kelompoknya sehingga menjadi beberapa golongan yang
sifatnya homogen. Manajemen Pemilahan Sampah dapat diartikan sebagai
suatu proses kegiatan penanganan sampah sejak dari sumbernya dengan
memanfaatkan penggunaan sumber daya secara efektif yang diawali dari
pewadahan, pengumpulanan, pengangkutan, pengolahan, hingga pembuangan,
melalui pengendalian pengelolaan organisasi yang berwawasan lingkungan,
sehingga dapat mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan
yaitu.lingkungan bebas sampah.
Pada
setiap tempat aktivitas dapat disediakan empat buah tempat sampah yang
diberi kode, yaitu satu tempat sampah untuk sampah yang bisa diurai
oleh mikrobia (sampah organik), satu tempat sampah untuk sampah plastik
atau yang sejenis, satu tempat sampah untuk kaleng, dan satu tempat
sampah untuk botol. Malah bisa jadi menjadi lima tempat sampah, jika
kertas dipisah tersendiri. Untuk sampah-sampah B3 tentunya memerlukan
penanganan tersendiri. Sampah jenis ini tidak boleh sampai ke TPA.
Sementara sampah-sampah elektronik (seperti kulkas, radio, TV), keramik, furniture dll.
ditangani secara tersendiri pula. Jadwal pengangkutan sampah jenis ini
perlu diatur, misalnya pembuangan sampah-sampah tersebut ditentukan
setiap 3 bulan sekali.
Di
Australia, misalnya, sistem pengelolaan sampah juga menerapkan model
pemilahan antara sampah organik dan sampah anorganik. Setiap rumah
tangga memiliki tiga keranjang sampah untuk tiga jenis sampah yang
berbeda. Satu untuk sampah
kering (an-organik), satu untuk bekas makanan, dan satu lagi untuk
sisa-sisa tanaman/rumput. Ketiga jenis sampah itu akan diangkut oleh
tiga truk berbeda yang memiliki jadwal berbeda pula. Setiap truk hanya
akan mengambil jenis sampah yang menjadi tugasnya. Sehingga pemilahan
sampah tidak berhenti pada level rumah tangga saja, tapi terus berlanjut
pada rantai berikutnya, bahkan sampai pada TPA.
Nah,
sampah-sampah yang telah dipilah inilah yang kemudian dapat didaur
ulang menjadi barang-barang yang berguna. Jika pada setiap tempat
aktivitas melakukan pemilahan, maka pengangkutan sampah menjadi lebih
teratur. Dinas kebersihan tinggal mengangkutnya setiap hari dan tidak
lagi kesulitan untuk memilahnya. Pemerintah Daerah bekerjasama dengan
swasta dapat memproses sampah-sampah tersebut menjadi barang yang
berguna. Dengan cara ini, maka volume sampah yang sampai ke TPA dapat
dikurangi sebanyak mungkin.
Pemanfaatan sampah
Teknik-teknik
pemrosesan dan pengolahan sampah yang secara luas diterapkan di
lapangan, khususnya di negara industri antara lain adalah:
- Pemilahan sampah, baik secara manual maupun secara mekanis berdasarkan
jenisnya
jenisnya
- Pemadatan sampah (baling)
- Pemotongan sampah
- Pengomposan sampah baik dengan cara konvensional maupun dengan
rekayasa
rekayasa
- Pemrosesan sampah sebagai sumber gas-bio
- Pembakaran dalam Insenerator, dengan pilihan pemanfaatan enersi panas
Sampah
basah dapat dibuat kompos, pupuk dan pakan ternak, sampah kering dapat
dipakai kembali dan didaur ulang, dan sampah kertas didaur ulang dan
pakan ternak.
Daur ulang
Daur
ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri
atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan
pembuatan produk bekas pakai.
Material
yang dapat didaur ulang antara lain botol bekas wadah kecap, saos,
sirup, creamer dll., kertas, aluminium bekas wadah minuman ringan, bekas
kemasan kue dll., besi bekas, plastic bekas wadah shampoo, air mineral,
jerigen, ember dll., sampah basah dapat diolah menjadi kompos.
Daur ulang bisa menggunakan prinsip 2 R yaitu reuse dan recycle.
Menggunakan
kembali: barang-barang yang dianggap sampah karena sifat dan
karakteristiknya dapat dimanfaatkan kembali tanpa melalui proses
produksi. Sementara mendaur-ulang sampah didaur ulang untuk dijadikan
bahan baku industri dalam proses produksi. Dalam proses ini, sampah
sudah mengalami perubahan baik bentuk maupun fungsinya.
Sampah organik dapat didaur ulang menjadi produk-produk berguna seperti kompos, pupuk kandang, briket dan biogas.
Tabel 4. Beberapa sampah yang dapat dijual
No.
|
Jenis barang
|
Harga/kg
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
|
Gelas aqua
Kaleng oli
Ember biasa
Kaset, botol yakult, botol kecap
Ember hitam (anti pecah)
Botol aqua
Putian (botol bayclin, infuse)
Kardus
Kertas putih
Majalah
Koran
Duplek (kardus tipis)
Pembungkus semen
Besi beton
Besi super
Besi pipa
Tembaga super
Tembaga baker
Aluinium tebal
Aluminium tipis
Botol air besar
Botol bir kecil, sprite, fanta.
|
1600
1500
1100
150
800
700
1600
500
700
350
500
150
400
700
450
250
8000
7000
6000
4000
400
200
|
Proses Pembuatan Kompos Dengan Aktivator EM-4
Kompos
merupakan hasil fermentasi dari bahan-bahan organik sehingga berubah
bentuk, berwarna kehitam-hitaman dan tidak berbau. Pengomposan merupakan
proses penguraian bahan-bahan organik dalam suhu yang tinggi sehingga
mikroorganisme dapat aktif menguraikan bahan-bahan organik sehingga
dapat dihasilkan bahan yang dapat digunakan tanah tanpa merugikan
lingkungan.
Proses
pembuatan kompos adalah dengan menggunakan aktivator EM-4, yaitu proses
pengkomposan dengan menggunakan bahan tambahan berupa mikroorganisme
dalam media cair yang berfungsi untuk mempercepat pengkomposan dan
memperkaya mikroba. Bahan-bahan yang digunakan adalah : Bahan Baku Utama
berupa sampah organik, Kotoran Ternak, EM4, Molase dan Air. Sedangkan
peralatan yang digunakan adalah : Sekop, Cakar, Gembor, Keranjang,
Termometer, Alat pencacah, Mesin giling kompos dan Ayakan. Tahapan
pembuatan kompos dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Pemilahan Sampah
Sampah
yang dikumpulkan di TPA pada umumnya bercampur antara bahan-bahan
organik maupun non organik sehingga pemilahan perlu dilakukan secara
teliti untuk mendapatkan bahan organik yang dapat dikomposkan seperti
dauan-daunan, sisa makanan, sayuran dan buah-buahan.
2. Pencacahan
Sampah
organik yang telah terkumpul dicacah dengan ukuran 3-4 cm. Pencacahan
dilakukan untuk mempercepat proses pembusukan karena pencampuran dengan
bahan baku yang lain seperti kotoran ternak dan EM-4 menjadi rata
sehingga mikroorganisme akan bekerja serana efektif dalam proses
fermentasi.
3. Pencampuran Bahan Baku
Sampah
yang sudah dicacah dideder di tempat yang telah disediakan kemudian
dicampur dengan kotoran ternak. Pencampuran/pengadukan dilakukan secara
merata kemudian dicampurkan pula campuran EM-4, molase dan air di atas
campuran sampah dan kotoran ternak. Pencampuran dilakukan sekali lagi
agar seluruh bahan bercampur secara merata. Komposisi bahan-bahan ini
adalah sampah cacahan (1,3 m-3), EM-4 (375 ml), kotoran ternak kering
(1/5 dari sampah cacahan).
4. Penumpukan Bahan Baku
Setelah
dilakukan pencampuran secara merata kemudian dilakukan penumpukan
dengan ketentuan tinggi 1,5 m, lebar 1,75 m dan panjang 2 m. Penumpukan
dapat dilakukan dengan model trapesium, gunungan maupu pesesgi panjang.
Dalam tumpukan inilah terjadi proses fermentasi sampah organik menjadi
kompos.
5. Pemantauan
Dalam
masa penumpukan akan terjadi peningkatan suhu sebagai akibat proses
fermentasi. Untuk hari pertama sampai kelima suhu biasanya mencapai 65° C
atau lebih. Hal ini berguna untuk membunuh bakteri yang tidak
dibutuhkan dan melunakkan bahan. Pada hari keenam dan seterusnya suhu
dijaga antara 40-50° C dengan kelembaban lebih kurang 50 %. Suhu dan
kelembaban dapat dipertahankan dengan perlakuan antara lain penyiraman
dan pembalikan tumpukan.
6. Pematangan
Pengkomposan
berjalan dengan baik dengan suhu rata-rata dalam bahan menurun dan
bahan telah lapuk dan berubah warna menjadi coklat kehitaman. Tujuan pematangan untuk menjamin kompos benar-benar aman bagi konsumen.
7. Pengeringan
Setelah
usia tumpukan mencapai usia 21 hari/3 minggu, maka sampah organi sudah
menjadi kompos. Selanjutnya dilakukan pembongkaran untuk
dikeringkan/dijemur. Pengeringan dapat dilakukan selama lebih kurang 1
minggu sampai kadar air kira-kira mencapai 20-25%.
8. Penggilingan dan Pengayakan
Proses
selanjutnya adalah dilakukan penggilingan terhadap kompos yang sudah
kering. Untuk mendapatkan butiran-butiran kompos yang siap untuk dikemas
dilakukan pengayakan sesuai dengan kebutuhan.
Produksi Kompos
Adapun
Komposisi/kandungan produksi kompos UPTD Komposting berdasarkan hasil
uji laboratorium Universitas Airlangga Surabaya adalah sebagai berikut :
Kadar Air : 30,48%, PH : 9,17, N : 0,84 %, P : 0,56 %, C : 15,64 % dan
C/N Ratio : 18,62.
Pengomposan skala rumah tangga
Bahan: sampah organic, dedak, sekam, EM4, molase dan air.
Cara pembuatan:
- buat larutan fermentasi EM4 yaitu dengan perbandingan 1:1:1000 ml, aduk rata dan diamkan selama semalam untuk diaktifkan.
- Buat bokashi starter yang terdiri dari dedak dan sekam dengan perbandingan 9:1.
- Siramkan larutan fermentasi EM4 yang telah didiamkan selama semalam ke dalam sekam, aduk hingga tercampur merata, tambahkan dedak dan aduk kembali hingga merata. Masukkan ke dalam karung dan tutup rapat, fermentasi selama 2-3 hari.
- Sampah organic yang akan digunakan, terlebih dahulu dipisahkan dari anorganiknya. Setelah itu dicacah hingga lebih kecil ukurannya. Bila sampah basah lebih baik diangin-anginkan dahulu.
- Setelah itu sampah tersebut dicampurkan dengan bokashi starter dan aduk hingga rata, hingga kelembaban mencapai 30%.
- Sampah kemudian ditumpuk atau digundukan di atas lantai yang kering dengan ketinggian 20-25 cm, kemudian ditutup dengan karung goni selama 4-5 hari.
- Pertahankan suhu gundukan adonan 40-50 oC.
Cara penggunaan
- 3-4 genggam bokashi setiap meter persegi disebar merata di atas permukaan tanah, pada tanah yang kurang subur dapat diberikan lebih.
- Untuk hasil yang lebih baik, siramkan atau semprotkan 2 cc EM4/liter air ke dalam tanah.
- Biarkan tanah yang telah diberi bokashi selama 1 minggu, kemudian bibit siap ditanam.
- Untuk tanaman buah-buahan atau pot, bokashi disebar merata di permukaan tanah atau perakaran tanaman dan siramkan 2 cc EM4/liter air selama 2 minggu sekali.
Pengomposan secara sederhana
Bahan:
- drum atau tong plastic yang mempunyai tutup
- pipa paralon berdiameter 4 inci
- kas plastic untuk menutup lubang pipa bagian luar, dan
- batu kerikil.
Cara pembuatan
- bagian atas tong plastic diberi 4
lubang diameter 4 inci untuk memasang pipa. Bagian bawah juga dilubangi
dengan diameter yang sama, sebanyak 4-5 lubang, lalu ditutup kasa
plastic untuk jalan air.
- Ujung pipa bagian luar ditutup kasa plastic untuk sirkulasi udara.
- Pipa dilubangi dengan bor sebesar 5 mm setiap jarak 5 cm. Tong juga dilubangi 5 mm dengan jarak 10 cm untuk udara.
- Pasang pipa pada empat sudut tong, lalu tanam di tanah. Tempatkan pada bagian yang tidak kena hujan secara langsung.
- Tepi
tong ditutup batu kerikil setebal 15 cm. Demikian juga sekeliling pipa
ditutup kerikil, baru ditutup tanah. Tempat sampah biasanya berbau
karena sampah organic cepat membusuk sehingga diperlukan kerikil untuk
meredam bau tersebut.
- Tong
tersebut diisi dengan sampah rumah tangga, tentunya sampah organic,
tetapi jangan diikutkan kulit telur dan kulit kacang sebab sukar menjadi
kompos. Setelah penuh, tong ditutup dan dibiarkan selama 3-4 bulan.
Selam itu akan terjadi proses pengomposan. Sampah yang sudah jadi kompos
berwarna hitam dan gembur seperti tanah.
- Ambil kompos tersebut dari komposter, lalu diangin-anginkan sekitar seminggu. Nah, kompos itu siap sudah siap dipakai untuk pupuk tanaman.
Manfaat Pengkomposan
Usaha
pengkomposan sampah kota memiliki beberapa manfaat yang dapat ditinjau
baik dari segi teknologi, ekonomi, lingkungan, sosial maupun kesehatan.
Dari segi teknologi manfaat pembuatan kompos antara lain :
- Teknik pembuatan kompos sangat beragam, mulai dari proses yang mudah dengan menggunakan peralatan yang sederhana sampai dengan proses yang canggih dengan peralatan modern.
- Secara teknis, pembuatan kompos dapat dilakukan secara manual sehingga modal yang dibutuhkan relatif murah atau secara masinal (padat modal) untuk mengejar skala produksi yang tinggi.
Dari segi ekonomi, pembuatan kompos dapat memberikan manfaat secara ekonomis, yaitu :
- Pengkomposan dapat mengurangi jumlah sampah sehingga akan mengurangi biaya operasinal pemusnahan sampah.
- Tempat pengumpulan sampah akhir dapat digunakan dalam waktu yang lebih lama, karena sampah yang dikumpulkan berkurang. Dengan demikian akan menguragi investasi lahan TPA.
- Kompos dapat memperbaiki kondisi tanah dan dibutuhkan oleh tanaman. Hal ini berarti kompos memiliki nilai kompetetif dan ekonomis yang berarti kompos dapat dijual.
- Penggunaan pupuk anorganik dapat ditekan sehingga dapat meningkatkan efisiensi penngunaannya.
Dari segi ekologi, proses pembuatan kompos memberikan manfaat bagi lingkungan, yaitu:
- Pengkomposan merupakan metode daur ulang yang alamiah dan mengembalikan bahan organik ke dalam siklus biologis. Kebutuhan energi dan bahan makanan yang diambil tumbuhan dari dalam tanah dikembalikan lagi ke dalam tanah.
- Mengurangi pencemaran lingkungan, karena sampah yang dibakar, yang dibuang ke sungai ataupun yang dikumpulkan di TPA akan berkurang. Ini berarti mengurangi pencemaran udara maupun air tanah.
- Pemakaian kompos pada lahan perkebunan atau pertanian akan meningkatkan kemampuan lahan dalam menahan air sehingga terjadi koservasi air. Kompos mempuyai kemampuan memperbaiki dan meningkatkan kondisi kesuburan tanah (konservasi tanah).
Dari segi sosial, manfaat sosial yang dapat diperoleh dari pembuatan kompos adalah :
- Dapat mebuka lapangan kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran.
- Dapat dijadikan obyek pembelajaran lingkungan baik bagi masyarakat maupun dunia pendidikan.
Dari segi kesehatan, manfaat kesehatan yang diperoleh dari proses pembutan kompos adalah :
- Pengurangan tumpukan sampah akan menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.
- Proses pengkomposan berjalan pada suhu yang tinggi sehingga dapat mematikan berbagai macam sumber bibit penyakit yang ada pada sampah.
Secara
teoritis apabila program daur ulang sampah dengan sistem terpadu dapat
dilakukan, maka sampah yang tersisa hanya tinggal 15 – 20% saja,
sehingga akan mengurangi ritasi transportasi sampah ke Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) dan umur TPA akan semakin panjang.
Pada
akhirnya aspek peran serta masyarakat merupakan hal yang sangat penting
dalam pengelolaan persampahan. Dalam strategi jangka panjang peran
aktif masyarakat menjadi tumpuan bagi suksesnya pengelolaan sampah kota,
dan dalam program jangka panjang setiap rumah tangga disarankan
mengelola sendiri sampahnya melalui program 3 R (Reduce, reuse dan
recycle).
Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
TPA tipe open dumping sudah tidak tepat
untuk menuju Indonesia sehat. Oleh sebab itu, secara bertahap semua
Kota dan Kabupaten harus segera mengubah TPA tipe open dumping menjadi
sanitary landfill. Dianjurkan untuk membuat TPA yang memenuhi kriteria
minimum, seperti adanya zona, blok dan sel, alat berat yang cukup,
garasi alat berat, tempat pencucian alat berat, penjaga, truk,
pengolahan sampah, dan persyaratan lainnya.
Daftar Pustaka
Anonimus. 2006. Mengolah sampah di rumah. Estate Vol 2. No. 23. Hal. 36-38.
Anonimus. ?. Sampah sebagai sumber daya. ?
KLH. 2005. Buku Panduan Mengelola Sampah Rumah Tangga dengan Prinsip 4R. KLH Kantor Wilayah Sumatera, Pekanbaru.
Santoso, U. 1987. Limbah Bahan Ransum Unggas yang Rasional. Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
sumber : http://uripsantoso.wordpress.com
No comments:
Post a Comment