Pertanyaan ini bagi kita umumnya mungkin
hampir tidak pernah terpikirkan karena kita memang hidup di lingkungan
yang beragama. Pada umumnya kita beragama secara keturunan dan otomatis
kita mengikuti agama orang tua kita. Selanjutnya kita kemudian mendapat
pendidikan yang memperkuat keberagamaan kita dan setelah dewasa
terkadang kita mencari kebenaran dari agama yang kita anut sejak kecil
tersebut.
Kita harus bersyukur bahwa kita lahir
dari keluarga yang beragama Islam dan ini merupakan nikmat besar yang
harus disyukuri. Kita tidak bisa membayangkan apa jadinya kita
seandainya lahir dari keluarga yang tidak beragama. Bisa jadi setelah
dewasa akan berusaha mencari kebenaran dalam agama, atau boleh jadi juga
menganggap agama sebagai candu sehingga tidak perlu beragama, tidak
butuh akan Tuhan. Naudzubillah min dzalik.
Istilah agama merupakan terjemahan dari
Ad-Din (dalam bahasa Arab). Ad-Din dalam Al Quran disebutkan sebanyak 92
kali. Secara bahasa, dîn diartikan sebagai “balasan” yaitu di dalam Al
Quran yang menyebutkan kata dîn dalam surat Al-Fatihah ayat 4, “Maliki
yaumiddin – “(Dialah) Pemilik (raja) hari pembalasan. Begitu juga pada
sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, ad-dînu nashihah (Agama adalah
ketaatan).Juga dalam Al-Baqarah ayat 256 “Laa ikraaha fiddin” (“tidak
ada paksaan dalam agama …“).
Secara istilah, din diartikan sebagai
sekumpulan keyakinan, kepercayaan, hukum, dan norma yang diyakini dapat
mengantarkan seseorang menuju kebahagiaan manusia. Kebahagian dan
keselamatan inilah yang sering menjadi cita-cita yang ingin dicapai tiap
umat manusia di dunia. Siapa sih yang tak mau bahagia? Tentu sedikit
sekali orang yang tak menginginkan hal tersebut. Dan kebanyakan orang
sangat berharap dengan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Melalui sejumlah kajian maka para pemikir
dan ulama mencoba menjawab pertanyaan di atas dan jawaban atas
pertanyaan tersebut adalah :
- Manusia secara naluri dan fitrahnya memang sangat membutuhkan agama.
Manusia pada dasarnya membutuhkan agama
karena hal ini yang membedakan manusia dengan mahluk lain seperti hewan.
Dalam beberapa hal, ada kesamaan antara manusia dengan hewan, yaitu
sama-sama sebagai mahluk Allah SWT, sama-sama mempunyai
keinginan-keinginan biologis dan sama-sama mempunyai perasaan takut,
sedih, dan gembira dan lain-lain. Manusia merupakan mahluk yang unik dan
istimewa. Secara fisik manusia lebih lemah dibandingkan dengan hewan
tetapi manusia mempunyai jiwa dan akal yang dapat membedakan baik dan
buruk, benar dan salah dan lain sebagainya.
Al-Qur’an Surat Al-Ar’af menerangkan
kepada kita bahwa sesungguhnya di alam ruh manusia sudah berjanji dan
menyaksikan bahwa Allah SWT adalah sang Maha Pencipta.
Juga Al-Quran Surat Al-Baqarah dari ayat 1
s/d ayat 20 menceritakan golongan-golongan manusia. Para mufasirin
menfasirkan bahwa ayat 1 – 5 menerangkan orang-orang yang beriman, ayat 6
– 7 menerangkan orang-orang yang kafir, dan ayat 8 – 20 menerangkan
keadaan orang yang munafik. Dari 20 ayat yang diturunkan pada awal surat
ini ternyata hanya 2 ayat saja yang menerangkan mengenai orang-orang
kafir. Hal ini yang ditafsirkan bahwa kebanyakan manusia sebenarnya
beriman namun yang paling banyak jumlahnya adalah golongan orang-orang
atau kaum munafiqin yang senantiasa berada dan ragu di antara keimanan
dan kemunakran mereka.
Adapun dari segi kehidupannya maka
manusia terbagi ke dalam tiga golongan yaitu golongan (a) Manusia yang
mengabdikan hidupnya hanya untuk kehidupan dunia sebagaimana difirmankan
QS Al-Anam ayat 29 dan Al-Jatsiyah ayat 24. (b) Manusia yang tidak
mempunyai arah / tujuan hidup yang jelas sebagaimana dinyatakan dalam QS
Al-Baqarah ayat 14 (c) Manusia yang menjadikan kehidupan dunia sebagai
ladang bagi kehidupan di akhirat kelak, hal ini dalam surat Adz-Dzariyat
ayat 56 dan Al-An’am ayat 32.
- Manusia tidak mempunyai jawaban yang pasti terhadap pertanyaan-pertanyaan tentang alam semesta.
Pada saat Nabi Adam diturunkan ke bumi
maka timbul kebingungan dalam dirinya tentang bagaimana menghadapi
kehidupan di bumi, maka Allah SWT memberi tuntunan melalui wahyu dan
isyarat-isyarat yang diturunkan kepada beliau. Bahkan sebelum Nabi Adam
diciptakan-Nya para malaikat berdialog dengan Allah SWT tentang mahluk
yang akan diciptakan Allah untuk menjadi khalifah di bumi (Al-Baqarah
ayat 30-34). Pertanyaan yang disampaikan malaikat adalah bentuk
keprihatinan kepada manusia yang cenderung menjadi mahluk pembangkang
namun Allah berfirman bahwa Allah lebih mengetahui daripada apa yang
diketahui para malaikat. Dan selanjutnya Allah memberikan pelajaran
mengenai nama-nama benda kepada nabi Adam sebagai pengetahuan dan
menjadikan kedudukan atau derajat Nabi Adam yang lebih tinggi daripada
malaikat sehingga malaikat diperintahkan sujud kepada Nabi Adam.
- Manusia sangat membutuhkan pedoman untuk mengatur kehidupan di dunia dan mempersiapkan dirinya untuk kehidupan di akhirat.
Manusia sebagai mahluk individu sekaligus
sebagai mahluk sosial sangat memerlukan aturan dalam seluruh aspek
kehidupannya. Mulai dari menyalurkan kebutuhan yang paling dasar sampai
memenuhi kebutuhannnya yang primer, sekunder dan tersier. Semua aspek
kehidupan ada aturannya apalagi untuk kehidupan di dunia dan akhirat.
Ilmuwan barat di antaranya Schumacher menyatakan bahwa materialisme
sudah mati, manusia sekarang mencari spiritualisme sehingga menurut
hemat kita pencarían dan kembalinya manusia terhadap agama merupakan
jawaban yang tepat.
Tentu saja banyak alasan dan jawaban lain
mengapa manusia membutuhkan agama. Namun dari uraian di atas diharapkan
kesadaran beragama kemudian muncul dari pemahaman yang menyeluruh
tentang fungsi agama / din sehingga pertanyaan berikutnya adalah mengapa
kita membutuhkan dienul Islam? Uraian dan jawaban mengenai hal tersebut
insya Allah akan dilanjutkan pada materi kultum berikutnya.
Wallahu’alam bishshawab …
No comments:
Post a Comment